Kisah Keluarga Ibu Almaida, Di Jauhi Orang Karena Anaknya Positif Corona
TerabasNews – Ini kisah keluarga Almaida yang minder karena sering dijauhi oleh orang sekitar karena sang anak sempat dinyatakan positif Corona.
“Virus Corona Bukanlah Aib” sebut Almaida (41) seorang ibu di Bangka Selatan ketika anak sulungnya di cap oleh orang warga sekitarnya si pembawa virus corona dari klaster Temboro.
Anak sulungnya tersebut sempat di nyatakan Positif COVID-19 berdasarkan hasil labkesda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung setelah dilakukan uji swab oleh tim labkesda kabupaten Bangka Selatan.
Saat ditemui di kediamannya, di Desa Kepoh, Kecamatan Toboali, Kabupaten Bangka Selatan, Almaida mengatakan segala sangsi sosial menghujam keluarganya ketika sang anak sulung pulang dari pondok pesantren Temboro, Magetan, Jawa Timur.
“Anak sulung saya tiba di rumah pada tanggal 17 April 2020 lalu. Mulai dari itu warga sekitar mulai menjauh, kami merasa di kucilkan, ada yang bilang anak saya si pembawa virus corona dari luar itu terserah apa anggapan mereka,” ucapnya kepada wartawan.
Kendati semua anggota keluarga inti sudah di rapid test hingga dilakukan pengambilan uji spesimen swab, hasil swabnya dinyatakan negatif COVID-19. Namun masih ada satu anggota keluarganya yakni anak kedua saya yang masih menunggu hasil uji swab yang belum keluar,” ujar Almaida.
Menurut Almaidah, dirinya mengakui tetangga kanan dan kirinya lah yang selalu suport terhadap keluarga mereka.
” Tiga bulan kita karantina mandiri di rumah, hanya tetangga kanan kiri inilah yang selalu support kita, warung kita pun sepi pembeli akhirnya terpaksa kita tutup,” ujar Almaida.
Ibu tiga anak ini juga mengabarkan kondisi anak sulungnya semasa di Wisma karantina Provinsi Babel yang pada saat itu sedang keadaan sehat walafiat.
“Anak saya di karantina provinsi, bilang kesaya bahwa di wisma terasa hotel bintang 5, karena semuanya serba dilayani dan dirawat, alhamdulillah anak saya sehat walaupun di nyatakan Positif Corona, jadi kita sebagai keluarga tetap selalu memberikan motivasi dan sedikit guyonan untuk menghiburnya walaupun lewat video call,” kata Almaida.
Meski demikian, dirinya tetap yakin dan hanya berserah diri kepada Allah SWT tentang musibah yang menimpa di keluarganya.
“Intinya kita tetap yakin sama Allah, saya menyekolahkan anak saya di pesantren temboro sana hanya berniat agar anak saya untuk jadi Hafidz Quran, untuk menegakkan agamanya Allah dan menetapkan dihatinya dengan kalimat ‘Laa ilaaha illallah’ sebagai pedoman hidupnya,” ujar Almaida.
“Terlepas dari cemooh orang dan lain sebagainya, biar Allah yang membuktikannya kelak, karena kita punya Allah SWT yang Maha Tau,” lanjut Almida.
Almaida juga berpesan agar masyarakat selalu menjaga prokes kesehatan agar terhindar dari Covid-19, dan jangan sampai dijauhi oleh orang karena kita menderita Covid-19.
“Bila keluar rumah selalu memakai masker, sering mencuci tangan dan lebih penting jaga jarak selalu diterapkan,” katanya.
Yang ditakutkan apa yang dirasakan keluarga kami dijauhi orang lain terjadi pada pada keluarga lainnya, cukup kami saja yang merasakan bagaimana dijauhi orang. (hend)