Peran Akuntansi Berkelanjutan dalam Industri Pertambangan Timah di Bangka Belitung
Oleh : Zakiya Azzahra
Jurusan Akuntansi
Universitas Bangka Belitung
Industri pertambangan timah di Bangka Belitung merupakan salah satu sektor ekonomi utama yang memberikan kontribusi besar terhadap pendapatan daerah dan nasional. Namun, di balik manfaat ekonominya, aktivitas penambangan timah menyisakan persoalan lingkungan yang serius seperti kerusakan lahan, pencemaran air, hingga degradasi ekosistem pesisir. Dalam konteks ini, akuntansi berkelanjutan hadir sebagai alat strategis yang tak hanya mencatat nilai ekonomi, tetapi juga menilai dan melaporkan dampak sosial dan lingkungan dari aktivitas perusahaan.
Akuntansi berkelanjutan, atau sustainability accounting, adalah pendekatan pelaporan yang mengintegrasikan dimensi lingkungan, sosial, dan tata kelola (Environmental, Social, and Governance/ESG) ke dalam laporan keuangan perusahaan. Dalam industri ekstraktif seperti pertambangan, pelaporan ini menjadi krusial karena sektor ini memiliki dampak besar terhadap alam dan masyarakat sekitar. Perusahaan tambang di Bangka Belitung seharusnya tidak hanya melaporkan pendapatan dari hasil ekspor timah, tetapi juga mencatat biaya pemulihan lingkungan, kontribusi terhadap pembangunan masyarakat lokal, serta strategi mitigasi terhadap kerusakan ekologis.
Transparansi melalui akuntansi berkelanjutan membuka ruang bagi publik untuk mengevaluasi sejauh mana perusahaan bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan. Misalnya, apakah perusahaan memiliki program reklamasi lahan pasca tambang? Apakah mereka melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan? Apakah ada anggaran khusus untuk rehabilitasi ekosistem laut yang rusak akibat aktivitas penambangan laut (offshore mining)? Lebih dari sekadar kepatuhan terhadap regulasi, pelaporan keberlanjutan mencerminkan komitmen etis perusahaan terhadap generasi mendatang. Perusahaan tambang yang mengadopsi akuntansi berkelanjutan akan lebih dipercaya oleh investor, konsumen, dan pemerintah karena menunjukkan keberpihakan pada pembangunan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.
Di Bangka Belitung, penerapan akuntansi berkelanjutan masih menghadapi tantangan, seperti minimnya sumber daya manusia yang terlatih dalam pelaporan ESG, kurangnya standar pelaporan yang spesifik untuk industri timah, dan lemahnya penegakan hukum atas kerusakan lingkungan. Oleh karena itu, kolaborasi antara pemerintah, perusahaan, akademisi, dan masyarakat sipil menjadi penting untuk memperkuat kapasitas dan akuntabilitas sektor ini.
Kesimpulannya, akuntansi berkelanjutan bukan hanya sebuah pilihan, melainkan kebutuhan mendesak bagi industri pertambangan timah di Bangka Belitung. Dengan menerapkan prinsip transparansi, tanggung jawab sosial, dan keberlanjutan lingkungan dalam pelaporan keuangan, perusahaan tidak hanya menjaga reputasi dan legitimasi mereka, tetapi juga berkontribusi nyata terhadap pelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat lokal. (**)