Tegas dan Rasional

Ekonomi Biru Bangka Belitung: Solusi Inovatif Hadapi Ketergantungan Timah

0 277

Oleh : Mevalia Sabrina Lumbantoruan
Jurusan Ekonomi
Universitas Bangka Belitung

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) selama ini dikenal sebagai salah satu penghasil timah terbesar di dunia. Sejak era kolonial Belanda, sektor pertambangan timah telah menjadi tulang punggung ekonomi daerah ini, memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan dan lapangan kerja masyarakat. Namun, ketergantungan yang terlalu besar pada sektor ini kini menghadirkan tantangan serius. Cadangan timah yang kian menipis, pertumbuhan ekonomi yang stagnan, dan dampak lingkungan yang berat menuntut transformasi ekonomi yang mendesak. Dalam konteks inilah, ekonomi biru hadir sebagai solusi inovatif untuk menghadapi ketergantungan Babel terhadap timah.
Ketergantungan Babel pada timah telah berlangsung selama puluhan tahun. Saat ini, produksi timah mencapai sekitar 90.000 ton per tahun, namun dengan cadangan yang tersisa, diperkirakan sumber daya ini akan habis dalam waktu kurang dari 25 tahun. Ketergantungan ini menyebabkan struktur ekonomi Babel sangat rentan terhadap fluktuasi harga dan produksi timah. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa pada semester pertama 2024, pertumbuhan ekonomi Babel hanya mencapai 0,13 persen, jauh di bawah target nasional. Penurunan ini diperparah oleh konflik tata niaga, penghentian operasional smelter, dan meningkatnya pengangguran.

Selain dampak ekonomi, eksploitasi timah juga membawa kerusakan lingkungan yang signifikan. Lahan bekas tambang yang kritis, pencemaran air, dan hilangnya keanekaragaman hayati menjadi warisan buruk dari model ekonomi ekstraktif ini. Upaya rehabilitasi seperti program penanaman jutaan pohon memang telah dimulai, namun diperlukan solusi yang lebih komprehensif dan berkelanjutan.

Ekonomi biru adalah konsep pembangunan yang mengedepankan pemanfaatan sumber daya laut secara berkelanjutan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta menjaga kelestarian ekosistem laut. Babel memiliki potensi besar di sektor ini, mengingat wilayahnya yang didominasi perairan dan garis pantai yang panjang. Sektor-sektor unggulan ekonomi biru meliputi perikanan tangkap dan budidaya, pengolahan hasil laut, pariwisata bahari, serta energi terbarukan berbasis kelautan.

Pemerintah daerah telah menegaskan bahwa penguatan ekonomi biru menjadi salah satu fokus utama dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2025–2045. Prinsip ekonomi biru menekankan efisiensi penggunaan sumber daya, minimisasi limbah, penerapan teknologi ramah lingkungan, serta dampak sosial yang luas dan positif.

Salah satu inisiatif nyata pengembangan ekonomi biru di Babel adalah program Berikanesia Lestari di Pulau Belitung. Program ini merupakan kolaborasi antara GoTo Impact Foundation, pemerintah daerah, dan masyarakat lokal. Berikanesia Lestari menargetkan pengurangan limbah ikan, penyediaan pakan terjangkau, serta peningkatan pendapatan masyarakat hingga 25%. Inovasi ini juga melibatkan pelatihan masyarakat, pengolahan limbah ikan menjadi pakan, dan budidaya ikan air tawar di lahan bekas tambang dengan standar keamanan yang ketat.
Keberhasilan program ini menunjukkan bahwa inovasi dari akar rumput, jika didukung kolaborasi lintas sektor, mampu menciptakan perubahan nyata. Selain meningkatkan pendapatan, program ini juga berkontribusi pada perbaikan status gizi balita dan penurunan harga pakan ikan hingga 53% dari harga pasar. Inisiatif semacam ini menjadi contoh konkret bagaimana ekonomi biru dapat menjadi motor pertumbuhan baru yang inklusif dan berkelanjutan.

Diversifikasi ekonomi menjadi strategi utama untuk mengurangi ketergantungan Babel pada sektor pertambangan. Pemerintah pusat dan daerah mendorong pengembangan sektor pertanian, perikanan, pariwisata, dan ekonomi kreatif sebagai pilar ekonomi baru. Sektor perikanan, misalnya, memiliki potensi besar karena wilayah pesisir yang luas, sementara pariwisata bahari dapat dikembangkan melalui promosi dan peningkatan infrastruktur. Dukungan pelatihan, pendampingan, dan akses pasar juga sangat penting untuk mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif
Selain itu, investasi pada pendidikan dan inovasi teknologi menjadi kunci untuk menciptakan tenaga kerja terampil dan meningkatkan produktivitas sektor-sektor baru. Transformasi ekonomi Babel dari ekstraktif ke inovatif harus dilakukan secara terencana, melibatkan semua pemangku kepentingan, dan berorientasi pada keberlanjutan lingkungan dan sosial.

Ekonomi biru menawarkan solusi inovatif bagi Babel untuk keluar dari ketergantungan pada timah. Dengan potensi sumber daya laut yang melimpah, dukungan kebijakan, dan inisiatif-inisiatif inovatif seperti Berikanesia Lestari, Babel dapat membangun masa depan ekonomi yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan tangguh. Transformasi ini memang bukan proses instan, namun dengan komitmen bersama, diversifikasi ekonomi berbasis ekonomi biru akan menjadi jalan keluar terbaik bagi Babel dalam menghadapi tantangan era pasca-timah.

Leave A Reply

Your email address will not be published.