Kenapa Menolak ?
M Patumaldhan Pramousfour
TerabasNews – Timnas Indonesia meraih hasil kemenangan pertamanya di putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia setelah berhasil mengalahkan negara Asia barat yakni Arab Saudi dengan skor akhir 2-0. Hasil ini membuat skuad Garuda asuhan coach Shin Tae-yong sementara naik ke posisi ketiga klasemen Grup C.
Pada pertandingan di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta Indonesia menjebol pertahan Arab Saudi dengan duo dengan satu gol di masing-masing babak. Dua gol Indonesia ke Arab Saudi diborong oleh pemain muda yang masih berusia 20 tahun, Marselino Ferdinan.
Atas kemenangan melawan Arab Saudi tak lupa dengan perjuangan para pemain keturunan yang memiliki semangat juang dan sikap nasionalis yang tinggi.
Naturalisasi merupakan salah satu cara seorang warga negara agar diakui menjadi warga negara lain secara sah. Cara ini telah banyak dilakukan warga negara asing (WNA) di Indonesia, yang diperbolehkan dengan Undang-undang dan peraturan FIFA.
Istilah ini mulai mencuat di lapisan masyarakat Indonesia ketika masuknya pemain sepak bola asing menjadi pemain timnas Indonesia. Beberapa pemain yang berasal dari naturalisasi adalah Jordi Amat, Elkan Baggot, Rafael Struick, Ragnar Oratmangoen, Thom Haye, Jay Idzes, Nathan Tjoa-on, Mees Hilghers, Eliano Reijnders, hingga Kevin Diks.
Naturalisasi pemain sepak bola telah menjadi salah satu jalan yang diambil oleh banyak negara, termasuk Indonesia, langkah ini strategis untuk memperkuat komposisi tim nasional dengan pemain keturunan berbakat yang terpencar di berbagai penjuru Dunia. Proses naturalisasi ini memungkinkan banyak pemain asing untuk mengubah kewarganegaraan mereka dan bermain mewakili negara yang baru. Di Indonesia, naturalisasi pemain sepakbola memicu banyak perdebatan panjang antara pendukung dan kelompok anti-keturunan.
Kelompok yang mendukung adanya pemain naturalisasi percaya bahwa langkah ini dapat mempercepat perkembangan dan meningkatkan kualitas sepakbola indonesia. Beberapa alasan utama mendukung naturalisasi meliputi: meningkatkan kualitas tim, dapat memberikan pengalaman sepak bola Eropa, meningkatkan daya saing timnas.
kelompok anti-keturunan menganggap strategi ini sebagai solusi instan yang tidak dapa menyelesaikan masalah yang mendasar dalam sepak bola Indonesia. Beberapa alasan penolakan mereka meliputi: menghambat perkembangan pemain lokal, menganggap pemain keturunan tidak memiliki sikap nasionalisme, kebanggaan lokal.
Harapan kedepannya semoga tidak ada lagi kelompok-kelompok anti-keturunan, karena seorang WNA diperbolehkan pindah kewarganegaraan yang didasari oleh Undang-undang dan peraturan dari FIFA dan juga banyak negara lain yang menerapkan pemain naturalisasi di dalam tim nasional.
Naturalisasi pemain sepak bola Indonesia adalah pedang bermata dua. Di satu sisi, langkah ini memberikan harapan akan peningkatan prestasi, tetapi di sisi lain, memunculkan kritik dari kelompok yang merasa bahwa hal ini merugikan pengembangan jangka panjang sepakbola Indonesia. Untuk itu, perlu adanya kebijakan yang bijak, transparan, dan berorientasi pada keberlanjutan agar sepakbola Indonesia tidak hanya meraih prestasi sesaat, tetapi juga tumbuh menjadi kekuatan besar di masa depan. Dengan kombinasi yang seimbang antara pembinaan pemain lokal dan penggunaan pemain naturalisasi, sepakbola Indonesia memiliki peluang besar untuk mencapai kemajuan yang lebih berarti. (**)