Alasan Verifikasi Nama Ibu Kandung di Perbankan
Chentia Marcelina
Mahasiswa Universitas Jambi Program Studi S1 Akuntansi
TerabasNews – Pernah kebingungan kenapa saat verifikasi akun bank atau saat membuka rekening bank, kita pasti diminta untuk mengisi nama ibu kandung? Bahkan nama ibu kandung termasuk kategori informasi pribadi konsumen dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 14/SEOJK.07/2014 dan juga menjadi komitmen perlindungan data bagi setiap bank di dunia.
Ternyata ada alasan yang menarik dibalik ini.
Sejarah Nama Ibu Kandung Sebagai System Keamanan
Penggunaan nama ibu kandung untuk verifikasi pertama kali dicetuskan oleh Frank Miller pada tahun 1882. Miller yang merupakan seorang bankir asal Eropa menembangkan sistem keamanan bernama “ Miller Codebook” yang mencakup penggunaan nama ibu kandung dalam sistem autentikasi pengiriman uang melalui telegraf antarbank, dan ini bermula di Eropa. Frank Miller juga dikenal sebagai orang pertama yang menemukan one-time pad, sebuah cara sederhana namun efektif untuk mengenkripsi pesan dengan menggeser setiap huruf dengan sejumlah posisi acak ke huruf baru dalam alfabet, dikutip dari IEEE Spectrum oleh Michael Koziol.
Kenapa Memilih Nama Ibu, Bukan Nama Ayah atau Kakek ataupun Nenek?
Karena pada zaman dahulu orang-orang tidak mengenal ayahnya ataupun tidak memiliki ayah. Nama gadis ibu yang jarang diketahui oleh publik dikarenakan budaya patriarki yang juga menjadi salah satu faktornya, pada saat menikah para wanita akan mengganti namanya dengan nama suaminya. Hal inilah yang menjadi alasan Miller memilih nama gadis ibu kandung pada saat itu, karena dianggap sebagai salah satu lapisan perlindungan untuk menghindari penipuan.
Perubahannya di Era Digital
Nama ibu kandung juga memiliki bukti hukum di Akta Kelahiran dan Kartu Keluarga, namun karena kemajuan teknologi yang semakin canggih nama ibu kandung sangat mudah diketahui tidak hanya itu, data-data diri kita sekarang sangat rentan diketahui, apalagi kasus peretasan yang sering terjadi saat ini. Oleh karena itu banyak negara yang tidak menggunakan nama ibu kandung lagi, namun masih dipakai oleh beberapa negara seperti Indonesia, Malaysia, Amerika, dan beberapa negara lainnya.
Saat ini bank dan institusi keuangan mulai beralih ke metode yang lebih aman, seperti:
Otentikasi Dua Faktor (2FA) : Menggabungkan kata sandi dengan kode sekali pakai yang dikirimkan melalui SMS, aplikasi, atau perangkat keras.Berikut ini daftar opsi yang paling populer.
Biometrik: Dilansir dari Jasuindo biometrik berasal dari kata “Bios” yang berarti hidup dan “Matric” yang berarti pengukuran. Secara harfiah, biometrik adalah pengukuran dan analisis karakteristik biologis atau perilaku individu. Karakteristik ini kemudian digunakan untuk mengidentifikasi atau memverifikasi identitas seseorang. Contoh karakteristik biometrik meliputi sidik jari, wajah, iris matasuara, dan banyak lagi.
Pertanyaan Keamanan yang Lebih Personal : Bank sering meminta pengguna memilih pertanyaan unik yang sulit ditebak oleh orang lain. Contohnya:
- Apa nama perusahaan pertama tempat Anda bekerja?
- Apa nama teman masa kecil Anda yang tidak banyak orang tahu?
- Apa nama guru favorit Anda di sekolah dasar?
- Di kota mana orang tua Anda pertama kali bertemu?
- Apa nama panggilan Anda yang hanya dikenal oleh keluarga dekat?
pertanyaan-pertanyaan keamanan seperti yang sebutkan di atas mungkin tidak sering terdengar atau digunakan di bank, khususnya di Indonesia. Namun, beberapa bank atau layanan modern, terutama di luar negeri, mulai menawarkan opsi untuk membuat pertanyaan keamanan yang lebih personal. Hal ini biasanya terjadi di platform daring (online), di mana pengguna diminta untuk memilih atau membuat pertanyaan mereka sendiri. Sayangnya, praktik ini memang belum umum di Indonesia. Banyak sistem keamanan kita masih menggunakan metode yang lebih tradisional atau beralih ke teknologi seperti OTP (One-Time Password) dan biometrik, daripada mengandalkan pertanyaan keamanan.
Saat ini, nama ibu kandung tidak lagi dianggap sebagai metode yang cukup aman. Pengguna sering kali tanpa sadar membagikan informasi ini di media sosial atau melalui survei daring. Kasus-kasus peretasan yang memanfaatkan data semacam ini pun semakin meningkat.
Oleh karena itu, bank dan institusi keuangan disarankan untuk terus berinovasi dalam sistem autentikasi, memastikan bahwa perlindungan data pelanggan tetap menjadi prioritas utama.
Penggunaan nama ibu kandung dalam sistem verifikasi memiliki sejarah panjang yang berakar pada kebutuhan keamanan di masa lalu. Namun, di era digital, metode ini perlu dikombinasikan atau digantikan dengan teknologi yang lebih modern agar tetap relevan dan efektif. Sebagai pengguna, penting bagi kita untuk menjaga kerahasiaan informasi pribadi dan memilih bank yang mengedepankan perlindungan data. (**)