Tegas dan Rasional

Fashion Korea vs Fashion Lokal 

0 187

Oleh : Putri Apriliyanti

Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Jambi

TerabasNews – Fashion merupakan salah satu cara bagi setiap individu untuk mengekspresikan diri. Di Indonesia, fashion lokal yang kaya akan tradisi dan budaya khas Nusantara telah menjadi kebanggaan tersendiri. Namun, saat ni fashion Korea semakin mendominasi pasar global yang dikenal dengan K-Fashion. Trend yang dibawa oleh K-Pop, K-Drama dan Influencer Korea berhasil mempengaruhi banyak orang di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Sebaliknya, fashion lokal sering dianggap kurang menonjol meskipun memiliki kekayaan yang luar biasa. Lantas apa yang sebenarnya membuat fashion Korea lebih unggul? Apakah ada dampak negatif dari pengaruh K-fashion terhadap fashion lokal kita? dan bagaimana fashion lokal bisa mengejar ketertinggalan?

Fashion Korea dikenal dengan kesan simpel, modern, dan penuh gaya.

Pakaian oversized, dress minimalis, serta kombinasi warna pastel yang sering muncul di drama dan video musik K-pop membuat fashion ini sangat digemari. Selain itu, dampak besar dari industri hiburan Korea tidak bisa dipungkiri. Idola K-pop, seperti Blackpink atau BTS, tidak hanya dikenal karena musik mereka, tetapi juga menjadi ikon fashion global. Banyak penggemar yang meniru gaya mereka, mulai dari pakaian sehari-hari hingga aksesori yang mereka gunakan. Begitu juga dengan aktor dan aktris Korea yang mempopulerkan tren fashion melalui drama-drama populer seperti Crash Landing on You dan Goblin.

Salah satu daya tarik terbesar dari fashion Korea adalah cara mereka mampu menggabungkan budaya lokal mereka dengan trend global. Paduan yang inovatif ini menjadi daya tarik utama yang membuat fashion Korea mendominasi pasar dunia, termasuk Indonesia.

Fashion Lokal yang Terkikis oleh Pengaruh K-Fashion

Meskipun Indonesia kaya akan berbagai elemen budaya dalam fashion lokal, seperti batik, kebaya, tenun, dan songket, fashion lokal masih kesulitan untuk menonjol di pasar Internasional. Bahkan desainer lokal sering kali merasa tertantang untuk mempertahankan budaya Indonesia di tengah maraknya gaya Korea yang mudah diterima oleh berbagai kalangan. Dalam artikel yang diterbitkan oleh Cosmopolitan Indonesia, beberapa pihak mengungkapkan bahwa fashion Korea lebih mudah diterima dan lebih praktis karena desainnya cocok dengan gaya hidup modern yang serba cepat. Bahkan, banyak yang berpendapat bahwa fashion Korea lebih populer karena sering ditampilkan oleh selebritas dan influencer yang memiliki pengaruh global, seperti idola K-Pop dan aktor-aktor K-Drama. Salah satu masalah utama yang dihadapi adalah kekurangan inovasi dalam mendesain agar fashion lokal tetap relevan dengan tren global.

Salah satu contoh nyata dari masalah ini adalah kebaya, yang dulunya identik dengan pakaian tradisional yang digunakan dalam acara resmi dan pernikahan, kini banyak diubah menjadi fashion ala Korea. Desain kebaya yang dahulu mencerminkan keanggunan dan kesopanan, kini sering diubah menjadi lebih modern dan kasual dengan potongan yang lebih terbuka, seperti crop top. Meskipun hal ini membawa kebaya lebih dekat dengan tren fashion muda dan membuatnya lebih diterima oleh kalangan milenial, namun banyak yang merasa bahwa esensi budaya dan makna asli kebaya sebagai simbol kehormatan dan kesopanan mulai hilang. Pergeseran ini memunculkan kekhawatiran di kalangan beberapa desainer, yang merasa bahwa kebaya seharusnya tetap dihormati sebagai pakaian tradisional yang menjadi syarat akan nilai budaya, bukan hanya sebagai tren yang bisa dimodifikasi sesuai dengan mode global yang sedang populer.

Batik, yang dulunya identik dengan pakaian formal dan acara resmi, kini banyak diubah menjadi desain yang lebih kasual, misalnya jaket batik atau pakaian dengan motif batik yang lebih sederhana dan lebih mirip dengan desain streetwear ala Korea. Meskipun ini membawa batik lebih dekat ke pasar yang lebih luas, hal ini juga menimbulkan kekhawatiran bahwa esensi dan makna budaya dari batik itu sendiri mulai tergerus.

Contoh lainnya adalah penggunaan kain tenun dalam desain modern yang cenderung mengurangi keunikan dan filosofi dari kain tersebut. Banyak desainer lokal yang mencoba mengikuti tren streetwear dengan menambahkan elemen-elemen dari fashion Korea, tetapi kadang-kadang ini justru mengurangi keautentikan kain tenun yang semestinya sebagai bagian dari identitas budaya Indonesia.

Dalam proses adaptasi dan modernisasi, fashion lokal sering kali kehilangan “rasa” budaya tradisional yang menjadi ciri khas. Hal ini menimbulkan dilema bagi banyak desainer dan konsumen, di satu sisi ingin mengikuti tren global, tetapi di sisi lain, merasa khawatir budaya lokal akan hilang begitu saja.

Bagaimana Mengatasi Masalah Ini dan Menjaga Identitas Fashion Lokal?

Untuk memastikan bahwa fashion lokal tetap relevan di tengah pengaruh besar dari fashion Korea, ada beberapa langkah yang dapat diambil oleh para desainer dan industri fashion Indonesia secara umum.

Kolaborasi antara Gaya Tradisional dan Modern salah satu cara terbaik untuk menghadirkan fashion lokal yang lebih menarik tanpa kehilangan nilai budaya adalah dengan menggabungkan gaya tradisional dengan desain yang lebih modern. Misalnya, batik bisa diolah dengan desain yang lebih kontemporer seperti oversized shirt, jaket bomber, atau batik hanbok seperti yang pernah dipakai oleh Aktris Maudy Ayunda pada saat menjadi juri di acara “ ASEAN BUSINESS AWARD” yang memperlihatkan gaya fashion Korea, namun tetap mempertahankan motif batik yang khas.

Kebaya bisa dibawa ke dalam tren modern dengan menggabungkan warna-warna yang lebih pastel atau coquette, yang sering terlihat dalam fashion Korea, sembari tetap mempertahankan motif tradisional. Misalnya, menggunakan warna-warna pink dan nude untuk kesan elegan, namun dengan sentuhan modern dalam gaya.

Dengan cara ini, batik dan kebaya tetap bisa tampil modern dan menarik bagi anak  muda, tanpa mengurangi keaslian desainnya.

Pemasaran yang Lebih Kreatif dan Kolaborasi dengan Influencer

Pemasaran juga memegang peranan penting dalam mengangkat fashion lokal. Jika fashion lokal ingin bersaing dengan fashion Korea, maka harus ada strategi pemasaran yang lebih kreatif. Salah satu caranya adalah dengan mengajak kerjasama atau kolaborasi  influencer dan selebriti lokal yang punya pengaruh besar, baik di dunia hiburan maupun di media sosial. 

Dengan mengajak mereka bekerja sama, pakaian lokal bisa lebih dikenal, lebih mudah diterima, dan lebih banyak dipakai oleh generasi muda. Selain itu, bisa juga dilakukan kolaborasi antara brand fashion lokal dan brand internasional atau artis K-pop yang dikenal global. Kolaborasi semacam ini akan menarik perhatian pasar internasional sekaligus menjaga identitas budaya lokal.

Menggunakan Platform Digital untuk Memperkenalkan Fashion Lokal

Dalam era digital, e-commerce dan media sosial sangat penting dalam memperkenalkan produk ke pasar yang lebih luas. Fashion lokal perlu lebih aktif di platform ini, bukan hanya di Indonesia, tetapi juga secara global. Selain itu, penggunaan media sosial seperti Instagram atau TikTok untuk memperkenalkan berbagai cara pemakaian fashion lokal bisa menjadi langkah yang efektif.

Meskipun Pengaruh K-fashion yang begitu besar memang tak bisa dipungkiri, tetapi hal ini tidak harus membuat fashion lokal kita hilang. Sebaliknya, fashion lokal dapat terus berkembang dan bersaing dengan inovasi-inovasi modern, asalkan tetap mempertahankan kekayaan budaya yang ada. Dengan kolaborasi yang tepat antara tradisi dan tren global, serta strategi pemasaran yang lebih kreatif, fashion lokal bisa memiliki tempat yang lebih besar di hati para generasu muda, baik di Indonesia maupun di dunia. Jadi, kita bisa menikmati fashion yang modern tanpa melupakan budaya kita. (**)

Leave A Reply

Your email address will not be published.