Categories: OpiniPolitik

Urgensi Penerapan Akuntansi Karbon pada Sektor Perkebunan Lada Bangka Belitung dalam Mendukung Ekonomi Hijau

Oleh: Nila Citra Nengsih, Mahasiswi dari jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bangka Belitung

Pendahuluan
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung selama ini dikenal sebagai daerah penghasil lada putih unggulan, yang secara historis sudah menjadi komoditas ekspor sejak zaman kolonial Belanda. Meskipun demikian, komoditas ini kini menghadapi tantangan baru: persaingan global tidak lagi hanya berdasarkan kualitas dan harga, tetapi juga aspek keberlanjutan lingkungan. Di tengah krisis iklim dan tekanan pasar internasional, salah satu inovasi yang mulai berkembang di dunia akuntansi adalah penerapan akuntansi karbon.

Namun sayangnya, konsep akuntansi karbon ini masih sangat asing bagi pelaku usaha pertanian di daerah, termasuk di Bangka Belitung. Padahal, penerapan akuntansi karbon dapat menjadi nilai tambah dalam meningkatkan daya saing produk lada serta membuka peluang pembiayaan berbasis lingkungan, seperti pasar karbon atau green financing.

Fakta dan Kondisi Lapangan
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), luas lahan perkebunan lada di Bangka Belitung mencapai lebih dari 26.000 hektare pada tahun 2023, dengan produksi lebih dari 14.000 ton per tahun. Sebagian besar dikelola oleh petani kecil secara konvensional, dengan minim pencatatan atau pemantauan atas dampak lingkungan dari proses produksi.

Di sisi lain, dunia internasional kini semakin ketat terhadap standar emisi karbon. Negara-negara di Eropa, yang menjadi salah satu tujuan ekspor lada Bangka Belitung, mulai menerapkan kebijakan Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM). Artinya, produk pertanian yang tidak bisa membuktikan jejak karbon rendah akan dikenai tarif tambahan atau bahkan ditolak masuk.

Apa Itu Akuntansi Karbon dan Mengapa Penting?
Akuntansi karbon adalah sistem pencatatan yang menghitung jumlah emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh aktivitas suatu entitas, termasuk kegiatan pertanian. Dengan adanya akuntansi karbon, perusahaan atau pelaku usaha dapat mengetahui seberapa besar emisi yang mereka hasilkan, lalu membuat strategi pengurangan atau kompensasi (offset) emisi tersebut.

Akuntansi karbon juga memungkinkan terciptanya laporan keberlanjutan (sustainability report) yang kini mulai menjadi syarat bagi pembiayaan dari lembaga perbankan atau investor hijau (green investor). Hal ini menjadi sangat penting mengingat banyak petani atau koperasi tani di Bangka Belitung yang kesulitan mendapatkan akses pembiayaan karena keterbatasan sistem pencatatan yang sesuai standar lingkungan.

Opini dan Analisis
Sudah saatnya sektor pertanian di Bangka Belitung, khususnya perkebunan lada, mulai mengenal dan mengadopsi akuntansi karbon. Mahasiswa dan akademisi akuntansi di daerah harus mengambil peran strategis dalam mentransformasikan sistem pencatatan keuangan tradisional ke arah yang lebih ramah lingkungan.

Penerapan akuntansi karbon bisa dimulai dari langkah sederhana: mencatat penggunaan pupuk kimia, konsumsi bahan bakar, serta pengelolaan limbah. Dari data itu, mahasiswa akuntansi dapat membantu menghitung estimasi emisi karbon dan menyusun laporan yang bisa digunakan petani untuk memenuhi standar ekspor atau mengakses pembiayaan hijau.

Kegiatan ini bisa dilakukan melalui program pengabdian masyarakat kampus, kerja sama dengan Dinas Perkebunan dan instansi lingkungan hidup, atau proyek magang. Selain memberi manfaat langsung kepada masyarakat, ini juga menjadi media praktik nyata bagi mahasiswa akuntansi dalam bidang sustainability accounting yang kini berkembang secara global.

Kesimpulan
Akuntansi karbon bukan hanya kebutuhan global, tapi juga peluang lokal. Dengan menerapkannya di sektor perkebunan lada Bangka Belitung, petani dapat meningkatkan daya saing, membuka akses pasar yang lebih luas, serta mendukung pembangunan ekonomi hijau. Mahasiswa akuntansi memiliki peran penting sebagai agen transformasi melalui edukasi dan inovasi sistem pencatatan yang tidak hanya akurat secara finansial, tetapi juga bertanggung jawab secara ekologis.

TerabasNews

Recent Posts

Peduli Keselamatan Warga, PLN Kampanyekan Keselamatan Ketenagalistrikan di Ruang Publik

TerabasNews, Pangkalpinang, 20 Juni 2025 — PT PLN (Persero) UP3 Bangka terus mempertegas perannya tidak…

4 hours ago

Gubernur Hidayat Tegaskan Belum Ada Rencana Pembangunan Jembatan Bangka-Sumatera

TerabasNews, PANGKALPINANG – Gubernur Kepulauan Bangka Belitung (Babel), Hidayat Arsani menegaskan, hingga saat ini belum…

5 hours ago

Polres Basel Gelar Bakti Religi, Dalam Rangka<br>Memperingati Hari Bhayangkara ke -79, Ini Sasarannya

TerabasNews, Bangka Selatan - Jajaran Kepolisian Polres Bangka Selatan , benar - benar memanfaatkan momentum…

6 hours ago

Pj Wako Pangkalpinang Hadiro Rakor Penyelengaraan Pilkada Ulang Kab Bmagka Dan Kota Pangkalpinang

TerabasNews, Pangkalpinang - Pj Walikota Pangkalpinang, M. Unu Ibnudin menghadiri Rapat Koordinasi Penyelenggaraan Pilkada Ulang…

9 hours ago

Peduli Poskamling, Warga Bukit Merapin Berterima Kasih kepada Basit Cinda

TerabasNews, Pangkalpinang - Tokoh muda karismatik Basit Cinda menaruh kepedulian pada pentingnya peran poskamling di…

9 hours ago

Dukung Prestasi Atlet Voli di Kabupaten Karimun, PT Timah Dukung Referee Cup 2

TerabasNews, KARIMUN -- Untuk mendukung prestasi atlet voli di Kabupaten Karimun, PT Timah mendukung kegiatan…

11 hours ago