Oleh : Ragil Triwinarsih
Mahasiswi Ilmu Politik, Universitas Bangka Belitung
TerabasNews, Taber laut merupakan tradisi ritual yang telah dilakukan secara turun temurun setiap tahunnya oleh masyarakat Desa Batu Beriga, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala kelimpahan berkah dan rezeki yang di dapatkan nelayan maupun masyarakat dari hasil laut. “Tradisi Taber Laut ini sudah ada semenjak ratusan tahun yang lalu, bahkan sebelum Indonesia Merdeka tradisi ini sudah ada di desa Batu Beriga” ungkap Gani selaku kepala desa Batu Beriga.
Kegiatan ini telah dilakukan pada hari Minggu 12 Mei 2024 Dengan mengusung tema
“Menjadikan Kelestarian Adat Istiadat dan Budaya sebagai Sarana Kepedulian Kita Terhadap Pantai dan Laut sehingga Menjadikan Masyarakat Desa Batu Beriga Sejahtera”. Taber laut dapat dimaknai sebagai tradisi untuk mengunci laut selama 3 hari untuk mengistirahatkan laut dari segala aktivitas nelayan. Dalam 3 hari tersebut , masyarakat sekitaran Desa Batu Beriga diberikan pantangan atau larangan untuk tidak melakukan aktivitas apapun di laut, baik itu menangkap ikan, mencelupkan alat yang digunakan oleh nelayan untuk melaut ke dalam laut, maupun aktivitas lainnya yang berkenaan dengan kehidupan nelayan. Taber laut ini bertujuan untuk tolak bala dan memohon do’a agar diberikan keselamatan oleh Allah swt dalam mencari penghasilan sehari-hari masyarakat di laut sehingga terhindar dari bala musibah serta memperoleh hasil tangkapan ikan yang lebih banyak di tahun-tahun yang akan datang.
Sementara itu, setelah prosesi taber laut selesai dilakukan, tradisi ini kemudian dilanjutkan dengan makan bersama-sama dari makanan yang telah dibawa oleh masyarakat di lokasi pantai menggunakan dulang. Hal ini juga dilakukan masyarakat Desa Batu Beriga sebagai bentuk ungkapan rasa syukur terhadap hasil laut yang diberikan oleh Allah SWT.
Dalam konsep pembangunan berkelanjutan, tradisi taber laut menjadi salah satu bentuk dari eco spiritual. Eco spiritual merupakan prinsip-prinsip pengelolaan alam berdasarkan keyakinan spiritual atau melibatkan hubungan antara agama, manusia, dan alam sebagai upaya untuk melakukan perlindungan terhadap lingkungan alam. Eco spiritual memberikan kesadaran kepada manusia untuk kembali menghargai dan meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan alam.
Eco spiritual merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan bahwa dalam menjaga lingkungan bisa dilakukan secara bersama-sama dengan berdasarkan pada spirit yang bersifat agama. Dorongan-dorongan yang diberikan kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga lingkungan alam didasarkan pada dorongan yang berdasarkan norma-norma agama.
Contohnya dalam agama Islam, kita diajarkan menjadi hamba yang bisa menjaga lingkungan dengan baik, baik yang berhubungan dengan antar sesama manusia maupun hubungan dengan alam. Hal ini dikarenakan keberadaan lingkungan yang ada di sekitar kita merupakan bagian dari anugerah yang sudah diberikan oleh Allah SWT kepada hambanya untuk dijaga dengan baik.
Dalam konteks kehidupan masyarakat sekitaran Desa Batu Beriga, pada dasarnya mereka sudah memiliki kesadaran untuk menjaga kelestarian lingkungan alam khususnya laut dan pesisir pantai Desa Batu Beriga dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya tradisi ritual Taber Laut yang terus dilakukan setiap tahunnya. Praktik taber laut yang melibatkan ketua adat Desa Batu Beriga sebagai upaya perlindungan lingkungan berdasarkan keyakinan spiritual yang telah dijalankan sejak lama. Dalam hal ini, tokoh ketua adat mempunyai peranan penting bagi masyarakat sekitar maupun masyarakat umum mengenai pentingnya kesadaran dalam menjaga lingkungan alam dan mengungkapkan rasa syukur atas pemberian rezeki melimpah yang telah diberikan Allah SWT kepada masyarakat dalam memperoleh hasil laut.
Masyarakat Desa Batu Beriga hingga saat ini masih memperjuangkan wilayah laut mereka dengan melakukan penolakan terhadap aktivitas pertambangan di laut Batu Beriga.
Seperti yang diketahui bahwa, aktivitas pertambangan timah akan memberikan pengaruh buruk terhadap sumber mata pencaharian warga Desa Batu Beriga yang berprofesi sebagai nelayan dan berpotensi merusak ekosistem yang ada di laut Batu Beriga sehingga tidak memberikan potensi keberlanjutan bagi ekosistem yang hidup di dalamnya. Dengan demikian, Taber laut penting bagi masyarakat Desa Batu Beriga karena dapat memperkuat hubungan laut dengan Tuhan (Allah SWT) serta melestarikan budaya lokal.
Dengan laut yang potensial dan budaya taber laut yang masih terjaga hingga kini, Desa Batu Beriga dapat menjadi pendukung pembangunan berkelanjutan dengan menerapkan konsep blue economy serta menjaga laut dari aktivitas penambangan timah untuk melindungi sumber mata pencaharian nelayan Desa Batu Beriga. Tradisi Taber laut menjadi kearifan budaya lokal yang harus senantiasa dijaga hingga nanti, karena memberikan kontribusi dalam upaya pembangunan berkelanjutan di masa depan bagi Indonesia dengan mengedepankan potensi kearifan lokal dan pengelolaan penggunaan sumber daya alam yang lebih bijaksana. (**)
TerabasNews, BANGKA SELATAN – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Yogi…
TerabasNews, PANGKALPINANG – Pemerintah Kota Pangkalpinang telah mendistribusikan sebanyak 25 ton beras dari cadangan pangan…
TerabasNews, Pangkalpinang – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) daerah…
TerabasNews, PANGKALPINANG – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Pangkalpinang menunda penandatanganan Nota Kesepakatan terkait…
TerabasNews, PANGKALPINANG — Gubernur Kepulauan Bangka Belitung (Babel) Hidayat Arsani, pada Senin (13/10/2025) pagi menjalani…
TerabasNews - Kapolda Bangka Belitung Irjen Pol Hendro Pandowo kembali mengunjungi Kabupaten Belitung, Senin (13/10/25).…