Categories: Opini

Generasi Z dan Tantangan Menemukan Makna di Era Digital

Nama : Zakila Zazka Riyandah
NIM : 5122511066
Fakultas : Ilmu Sosial & Ilmu Politik (FISIP) Universitas Bangka Belitung
Prodi : S1 Ilmu Politik
Mata Kuliah: Bahasa Indonesia
Dosen Pengampuh : Wilda Afriani, S.S., M.Pd.

Di tengah derasnya arus informasi dan kemajuan teknologi, generasi muda — terutama Generasi Z — kini hidup di masa yang serba cepat dan serba terkoneksi. Dunia digital telah membuka banyak peluang, mulai dari belajar tanpa batas, bekerja dari mana saja, hingga membangun jejaring sosial global. Namun di balik kemudahan itu, muncul tantangan baru: bagaimana menemukan makna hidup di tengah hiruk pikuk dunia maya.

Generasi Z tumbuh dengan media sosial sebagai bagian dari identitas mereka. Platform seperti Instagram, TikTok, dan X (Twitter) bukan sekadar tempat berbagi momen, tetapi juga panggung pencarian jati diri. Banyak anak muda merasa harus tampil sempurna demi mendapatkan pengakuan. Tekanan untuk selalu “terlihat bahagia” sering kali membuat mereka terjebak dalam perbandingan sosial yang melelahkan.

Ironisnya, meski semakin terhubung secara digital, banyak di antara mereka justru merasa kesepian secara emosional. Fenomena ini disebut digital loneliness — kesepian yang lahir di tengah keramaian dunia maya. Studi dari berbagai lembaga psikologi menunjukkan peningkatan masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan stres pada kelompok usia muda akibat paparan media sosial berlebihan.

Namun bukan berarti teknologi adalah musuh. Justru, teknologi bisa menjadi alat untuk menemukan makna — jika digunakan secara bijak. Generasi muda bisa memanfaatkannya untuk belajar hal baru, menyebarkan pesan positif, atau membangun gerakan sosial yang bermanfaat. Kuncinya terletak pada kesadaran: bahwa hidup tidak diukur dari jumlah likes atau followers, melainkan dari dampak nyata yang kita berikan pada orang lain.

Pendidikan karakter, literasi digital, dan dukungan keluarga menjadi fondasi penting agar Generasi Z tidak kehilangan arah. Sekolah dan lembaga pendidikan perlu memberi ruang bagi siswa untuk mengekspresikan diri secara sehat, bukan hanya mengejar nilai akademik. Di sisi lain, orang tua perlu menjadi pendamping digital — bukan sekadar pengawas — yang mampu memahami dunia daring anak-anak mereka.

Pada akhirnya, di era digital yang serba cepat ini, makna hidup tidak lagi ditemukan di layar, tetapi di antara hubungan yang nyata, pengalaman yang tulus, dan keberanian untuk menjadi diri sendiri tanpa topeng dunia maya. Generasi Z memiliki potensi besar untuk membawa perubahan, asalkan mereka mampu menyeimbangkan teknologi dengan kemanusiaan.

TerabasNews

Recent Posts

Kunker Ke Polresta Pangkalpinang, Kapolda Babel Minta Anggota Proaktif Pelihara Kamtibmas

TerabasNews - Kapolda Bangka Belitung Irjen Pol Viktor T Sihombing kembali melanjutkan lawatan kunjungan kerja…

2 mins ago

Di COP30, Indonesia Tegaskan Aksi Nyata Menuju NZE 2060, PLN Siap Jadi Motor Transisi Energi Nasional

TerabasNews, Belém, 13 November 2025 - Pemerintah Indonesia menegaskan komitmennya untuk memimpin upaya global dalam…

3 mins ago

Dari Bantuan Pengobatan hingga Edukasi Gizi, PT TIMAH Tbk Hadirkan Harapan bagi Masyarakat

TerabasNews, PANGKALPINANG -- Tidak hanya berfokus pada kegiatan penambangan, PT TIMAH Tbk terus menunjukkan komitmennya…

12 hours ago

Terus Terangi Wilayah Terpencil, PLN Hadirkan Keadilan Energi Lewat Program Tirai Kasi di Kecamatan Ndona Timur, NTT

TerabasNews, Ende, 12 November 2025 — PT PLN (Persero) melalui PLN Unit Induk Wilayah Nusa…

12 hours ago

<em>Ditlantas Polda Babel Terima Penghargaan Dari Korlantas Polri, Aktif Jalankan Program Polisi Menyapa</em>

TerabasNews, Direktorat Lalu Lintas Polda Bangka Belitung menerima penghargaan dari Korlantas Polri atas prestasi dan…

13 hours ago

Sambut HUT Polairud ke – 75 ,<br>Personel Satpol PP Basel Ikut Bhakti Sosial Donor Darah

TerabasNews, Bangka Selatan – Satuan Polisi Pamong Praja ( Satpol PP) Kabupaten Bangka Selatan mengikuti…

13 hours ago