Categories: OpiniPendidikan

Literasi Digital: Kunci Melawan Hoaks dan Disinformasi 

Resti Juwani

Mahasiswa Universitas Jambi

TerabasNews – Literasi digital adalah kemampuan untuk mengakses, memahami, mengevaluasi, dan menggunakan informasi secara bijak di dunia digital. Ini bukan sekedar kemampuan membaca dan menulis di platform digital, tetapi juga mencakup kemampuan untuk membedakan informasi yang valid dari yang palsu (Hoaks). Berita hoaks adalah berita bohong atau kabar palsu. Hoaks adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar. Tapi dibuat seolah-olah benar adanya dan diversifikasi kebenarannya. Dengan kata lain memutar balikkan fakta.

Namun ada istilah lain dari berita yang tidak sesuai dengan faktanya yaitu Disinformasi. Disinformasi adalah info yang keliru, dan orang yang menyebarkannya tahu bahwa itu salah, tetapi tetap menyebarkannya. Disinformasi adalah kebohongan yang disengaja dan secara aktif di informasikan oleh aktor jahat. Disinformasi sepenuhnya dibuat-buat dan dengan sengaja menyesatkan dan membuat publik bingung. 

Hoaks dapat menimbulkan dampak yang sangat merugikan, baik bagi individu maupun masyarakat secara keseluruhan. Informasi palsu dapat menimbulkan kepanikan, ketidakpercayaan, kebencian, permusuhan atau pemujaan, dan bahkan dapat memicu tindakan yang merugikan. Oleh karena itu, salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap manusia di era digital ini adalah kemampuan dalam literasi. 

Hal ini dikarenakan seseorang yang memiliki kemampuan dalam literasi maka orang tersebut akan mudah untuk memecahkan masalah atau mencari solusi dari suatu permasalahan secara bijaksana. Manusia yang memiliki literasi yang baik akan mampu berpikir kritis untuk memecahkan masalah atau persoalan dengan menggunakan segala pengetahuan yang ia punya, memilah, serta mengkombinasikan pengetahuan tersebut untuk menemukan  solusi yang bukan hanya bermanfaat untuk dirinya tetapi juga bermanfaat untuk berbagai pihak atau masyarakat. 

Tetapi masalah yang dihadapi adalah kurangnya literasi di era digital di kalangan masyarakat. Banyak masyarakat yang tidak memahami bagaimana cara membedakan informasi yang benar dan hoaks di media sosial. Hal ini dapat menyebabkan masyarakat mudah terpengaruh oleh hoaks yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain. Selain itu, penggunaan sosial media yang tidak bijak juga dapat menyebabkan masyarakat kehilangan waktu yang berharga dan mengalami ganggu kesehatan mental.

Munculnya berita hoaks sebagai persoalan masyarakat digital terkini mengindikasikan rendahnya literasi digital di Indonesia. Lebih dari 200 juta pengguna internet, menghadapi tantangan besar dalam hal literasi digital. Sebuah survei yang dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika pada tahun 2023 menunjukkan bahwa tingkat literasi digital masyarakat Indonesia masih berada di level dasar. Ini menjadi salah satu alasan utama mengapa hoaks mudah menyebar di berbagai platform digital.

Namun, ada juga peluang besar untuk meningkatkan literasi digital. Pemerintah, lembaga pendidikan, dan organisasi masyarakat sipil telah mengambil berbagai inisiatif, seperti kampanye anti-hoaks, pelatihan literasi digital, dan penyediaan modul pendidikan. Program-program ini, jika dilaksanakan secara konsisten, dapat memberikan dampak signifikan.

Selain itu, generasi muda yang lahir di era digital memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan. Dengan membekali mereka dengan keterampilan literasi digital sejak dini, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih kritis dan tanggap terhadap informasi.

Data menunjukkan bahwa banyaknya jumlah pengguna internet di Indonesia serta tingginya frekuensi mengakses konten informasi dan media sosial seperti Instagram, Facebook, YouTube, dan Twitter, khususnya di kalangan generasi milenial, tidak diiringi dengan kesadaran untuk bijak menggunakan internet.

Mengenai hoaks dan disinformasi memerlukan kemampuan literasi sosial yang baik agar masyarakat mampu memahami, menganalisis, dan merespons informasi secara bijak. Peran literasi digital dalam melawan hoaks:

Pertama meningkatkan kemampuan menganalisis informasi. Literasi digital mengajarkan individu untuk tidak langsung mempercayai setiap informasi yang diterima. Ini melibatkan keterampilan untuk memverifikasi sumber, memeriksa fakta, dan membandingkan berbagai sudut pandang sebelum membuat kesimpulan. Misalnya, ketika menerima berita tentang sebuah kejadian besar, individu yang melek digital akan mencari konfirmasi dari sumber resmi atau media terpercaya.

Kedua memahami cara kerja algoritma. Platform digital seperti media sosial menggunakan algoritma untuk menampilkan konten yang sesuai dengan preferensi pengguna. Namun, algoritma ini sering kali menciptakan ruang gema, di mana seseorang hanya terpapar pada informasi yang sejalan dengan pandangan mereka. Literasi digital membantu individu memahami bagaimana algoritma bekerja dan mendorong mereka untuk secara aktif mencari sudut pandang yang berbeda. 

Ketiga mengembangkan etika digital. Selain kemampuan teknis, literasi digital juga mencakup aspek etika. Mengerti bahwa menyebarkan informasi yang belum diverifikasi dapat merugikan orang lain adalah langkah penting dalam melawan hoaks. Etika digital mengajarkan kita untuk berpikir dua kali sebelum menekan tombol bagikan atau sebar. 

Keempat membekali diri dengan alat verifikasi. Literasi digital juga melibatkan penggunaan alat-alat teknologi untuk memverifikasi informasi. Saat ini, banyak situs dan aplikasi yang dirancang untuk membantu memeriksa fakta, seperti Google Fact Check atau Snopes. Pengguna yang melek digital akan memanfaatkan alat ini sebelum mempercayai atau membagikan informasi.

Kesimpulan 

Di tengah arus informasi yang terus mengalir tanpa henti, kemampuan untuk memilah mana informasi yang benar dan mana yang menyesatkan menjadi kebutuhan mendesak. Literasi digital bukan hanya soal keterampilan teknis dalam menggunakan perangkat digital, tetapi juga mencakup kecerdasan kritis, kesadaran etika, dan tanggung jawab sosial. Dengan literasi digital yang baik, masyarakat dapat terhindar dari dampak negatif yang ditimbulkan oleh hoaks dan disinformasi, seperti polarisasi, penurunan kepercayaan publik, dan bahkan konflik sosial.

Namun, upaya untuk meningkatkan literasi digital tidak dapat dilakukan secara individu. Ini membutuhkan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, sektor pendidikan, media, platform teknologi, dan masyarakat umum. Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menciptakan regulasi yang mendukung ekosistem digital yang sehat dan memberikan pendidikan literasi digital yang inklusif. Lembaga pendidikan perlu memasukkan literasi digital sebagai bagian penting dari kurikulum agar generasi muda memiliki pemahaman yang kokoh sejak dini. Media dan platform digital juga harus berperan aktif dalam memfilter konten hoaks dan menyajikan informasi yang kredibel.

Selain itu, masyarakat juga perlu diberdayakan untuk menjadi konsumen informasi yang kritis dan bertanggung jawab. Kampanye publik yang efektif dan berbasis komunitas dapat membantu menjangkau kelompok-kelompok yang rentan terhadap misinformasi. Kesadaran kolektif bahwa setiap individu memiliki peran dalam menjaga kualitas informasi yang beredar adalah langkah awal menuju perubahan yang signifikan.

Pada akhirnya, literasi digital adalah pondasi penting untuk menciptakan masyarakat yang lebih cerdas, tangguh, dan berdaya dalam menghadapi tantangan era digital. Ini bukan hanya soal melindungi diri dari dampak buruk hoaks, tetapi juga soal membangun masa depan di mana informasi digunakan untuk memberdayakan, menyatukan, dan menciptakan solusi. Oleh karena itu, sudah saatnya kita menjadikan literasi digital sebagai prioritas bersama, bukan hanya untuk menghadapi tantangan saat ini, tetapi juga untuk mewujudkan dunia digital yang lebih baik bagi generasi mendatang. (**)

TerabasNews

Recent Posts

PLN Babel Gelar EV Drive Expedition untuk Dukung Transisi Energi Bersih

TerabasNews, Pangkalpinang, (11/24) — Dalam rangka mendukung transisi energi bersih dan mendorong adopsi kendaraan listrik…

5 hours ago

Berikan Perlindungan Jaminan Sosial Bagi Kelompok Rentan, PT Timah Tbk Terima Penghargaan dari BPJS Ketenagakerjaan

TerabasNews, Pangkalpinang – PT Timah Tbk menerima penghargaan dari BPJS Ketenagakerjaan sebagai Perusahaan dengan Kepedulian…

5 hours ago

PT Timah Tbk Dukung Simulasi Program Makan Bergizi Bagi Pelajar di Bangka Tengah, Ditinjau Langsung Wakil Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal

TerabasNews, Bangka Tengah – Wakil Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Ahmad Riza Patria turut…

5 hours ago

PT Timah Gelar Program Makan Bergizi di Kabupaten Bangka Tengah, Sekolah Hingga Orang Tua Siswa Merasa Senang

TerabasNews, Bangka Tengah -- Program Makan Bergizi bagi para pelajar yang dilaksanakan PT Timah terus…

5 hours ago

Tiba di Babel, Wamendes PDT Lepas Touring Electric Vehicle

TerabasNews, PANGKALPINANG - Tiba di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Kep. Babel) Wakil Menteri Desa, Pembangunan…

8 hours ago

Wamendes Riza Patria: Manfaatkan Program Makan Bergizi Gratis Untuk Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat

TerabasNews, PANGKALAN BARU - Wakil Menteri Desa (Wamendes) dan PDTT Ahmad Riza Patria melakukan kunjungan…

8 hours ago