Categories: Uncategorized

Lawan FOMO Dengan Berhenti Jadi People Pleaser

Enjelina Lumban Gaol

Mahasiswa Universitas Negeri Jambi 

TerabasNews – FOMO membuat seseorang merasa kecanduan terhadap media sosial pada berbagai kalangan usia. Hal ini mengakibatkan semua orang ingin mengikuti tren yang popular tanpa pertimbangan yang baik.

FOMO (Fear Of Missing Out) adalah rasa takut ketinggalan atau tidak ikut terlibat dalam suatu aktivitas, tren, atau pengalaman yang terlihat menarik di media sosial. Fomo sendiri merupakan bahasa gaul yang kerap kali digunakan gen Z saat ini untuk mengekspresikan diri terhadap sikap orang lain yang dinilai berlebihan terhadap suatu tren.

Di era digital yang serba terkoneksi, kita hidup dalam dunia yang penuh dengan tekanan sosial dan tuntutan untuk selalu hadir di setiap momen. Media sosial, sebagai salah satu pusat interaksi modern dan terbesar, tidak hanya menawarkan berita dari berbagai belahan dunia, namun juga menjadi sarana hiburan , tetapi juga menciptakan standar kehidupan yang sulit dicapai. 

Dimana terdapat banyak fenomena anak remaja yang ingin berkulit putih/glowing secara instan dengan produk skincare berbahan merkuri. Pada tahun 2021, dimana dunia maya dihebohkan dengan penggunaan produk Iphone sehingga membuat para orangtua kewalahan mengatasi sikap anak-anak yang memaksa membeli dengan alasan sedang tren.

Dalam lingkungan ini, Fomo (Fear Of Missing Out) dan ekspektasi sosial seringkali menjadi bahan bakar bagi sifat people pleaser- keinginan untuk menyenangkan semua orang, bahkan dengan mengorbankan kebahagiaan diri sendiri. Tentu saja kedua hal ini sangat berkaitan bahkan menimbulkan gejala penyakit terkait kesehatan mental. 

Lalu, apa yang membuat keduanya saling berkaitan? Dan bagaimana cara mengatasi Fomo yang diiringi sikap people pleaser? Mari simak lebih lanjut terkait fenomena ini berikut!

Apa Itu Fomo dan People Pleaser?

Fomo merupakan singkatan dari “Fear Of Missing Out” yang artinya takut ketinggalan.

Takut ketinggalan disini bukan berarti seseorang itu lamban dan sering ditinggal oleh orang lain. Namun ini merupakan suatu fenomena sosial yang berkaitan dengan sifat manusia itu sendiri.

Fomo adalah rasa takut kehilangan atau melewatkan sesuatu yang berharga, baik itu pengalaman, informasi, atau momen sosial. Tentu saja ada manfaat positif yang membuat orang menambah ilmu dan informasi, namun terkadang banyak sekali orang terdampak sisi negatif nya. 

Menurut Przybylski et al (2013), Fomo ditandai dengan keinginan untuk tetap terhubung dengan aktivitas orang lain, terutama melalui media sosial.

Alt (2015) menambahkan bahwa fenomena ini mendorong individu untuk terus mengikuti apa yang dilakukan orang lain agar tidak merasa terasing. Selain itu, Fomo menyebabkan stres dan perasaan kehilangan, yang berpengaruh pada kesejahteraan psikologis individu.  

Melalui media sosial yang memperkuat rasa ini dengan memperlihatkan kecenderungan “hidup sempurna” orang lain, lama kelamaan membuat kita terus merasa ikut terlibat menjadi seseorang yang ingin menyenangkan segala ekspektasi netizen di dunia maya.

Sedangkan di sisi lain, people pleaser sendiri adalah seseorang yang cenderung memprioritaskan kebutuhan orang lain di atas kebutuhan pribadi demi diterima atau diakui. Biasanya orang dengan sifat ini adalah tipe introvert yang kurang mampu berinteraksi langsung dengan banyak orang dan membuat pemikiran bahwa dirinya tidak diterima oleh lingkungannya berada.

Ketika Fomo bertemu dengan sifat people pleaser, seseorang itu akan sering kali merasa terjebak dalam lingkaran tekanan sosial yang membuatnya sulit untuk mengatakan tidak atau memilih apa yang benar-benar diinginkan.

Bagaimana Era Digital Memperparah Kondisi Ini?

Era digital tentu menawarkan akses tanpa batas bagi pengguna untuk mengetahui kehidupan orang lain, tetapi juga menciptakan standar sosial yang tidak realistis. Beberapa contoh dampak nyatanya adalah:

Tekanan Mental Untuk Selalu Relevan

Tren dari konten media sosial seringkali berubah begitu cepat dalam satu hari. Bahkan dalam kurun waktu seminggu sudah muncul berbagai tren baru yang berbeda.

Seorang people pleaser dengan Fomo akan merasa harus terus mengikuti tren agar tidak ketinggalan atau kehilangan informasi serta validasi sosial. 

Misalnya, orang berbondong-bondong ikut serta dalam tantangan daring/challenge tren kepada orang lain yang mengandung kontra salah satu pihak dan timbul rasa marah. Ada pula kaum wanita yang ikut-ikutan membeli produk kecantikan (make up, skincare) baru yang sedang viral dengan budget yang minim dan cenderung boros padahal produk yang dipakainya belum habis.

Kecanduan Validasi Sosial

Media Sosial membuat validasi menjadi terukur melalui jumlah likes, komentar, atau pengikut. Seorang people pleaser cenderung terobsesi mendapatkan semuanya itu dalam jumlah yang banyak sebagai bukti bahwa dirinya diterima baik di lingkungan sosial media.

Tentu saja, hal ini berdampak buruk yang menjadikan orang tersebut haus validasi dan menganggu kesehatan mentalnya, melalui sifat yang selalu ingin menyenangkan orang lain di media sosial lewat sikap tidak terpuji sekalipun. Bahkan lebih parahnya, ada seseorang yang menciptakan kepribadian baru hanya untuk mendapatkan validasi/persetujuan yang tidak mencerminkan kepribadian aslinya.

Ekspektasi yang Tidak Realistis

Media sosial sering kali hanya menunjukkan sisi terbaik dari kehidupan orang lain, seperti pencapaian karir, perjalanan/wisata mewah, ataupun hubungan romantik yang tampak sempurna. Namun, terkadang “kenyataan tidaklah seindah ekspektasi”, dibelakang itu semua terdapat masalah-masalah yang ditutup rapat oleh media dan berbagai macam dampak yang terjadi untuk mencapainya. 

Seseorang dengan sifat people pleaser yang disertai Fomo akan merasa tertekan untuk memenuhi ekspektasi itu untuk mendapatkan validasi dari banyak orang, dengan faktor keberhasilannya kecil menambah stres dengan beban tersebut. Bahkan sebenarnya ekspektasi itu bukan sesuatu yang sanggup dilakukan dan benar-benar mereka inginkan.

Dampak Fomo Dan People Pleaser Pada Kehidupan?

Ketika Fomo dan sifat people pleaser tidak dikelola dengan baik, dampaknya bisa sangat merugikan diri sendiri, antara lain:

Stress dan Burnout

Jika seseorang yang terus menerus mencoba memenuhi ekspektasi orang lain, akan berakibat pada stres dan menguras energi emosional dan mental. Bahkan jika tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan dari orang banyak, akan menjadi seseorang yang emosional dalam menghadapi sesuatu.

Kehilangan Kepercayaan Diri dan Jati Diri

Fokus pada kebutuhan orang lain akan membuat mereka melupakan apa yang sebenarnya penting bagi diri sendiri. Ingin terlihat sempurna di media sosial akan membuat jati diri hilang dan tidak lagi percaya dengan diri sendiri dan kemampuannya.

 Kehilangan Hubungan Otentik

Relasi yang dibangun atas dasar menyenangkan orang lain cenderung dangkal dan tidak tulus. Dimana sifat ini menjadikannya sebagai suatu pekerjaan untuk menghasilkan benefit/keuntungan berupa uang secara materil dan pujian.

Apa sih Ciri-Ciri Orang People Pleaser Itu?

Dalam sebuah dialog antar ahli psikolog UGM, Smita Dinakaramani, S.Psi.,M.Psi., dan seorang mahasiswa yang mengalami sifat people pleaser menjelaskan bahwa people pleaser merupakan pelabelan informal bagi individu yang memiliki keinginan kuat untuk menyenangkan orang lain.

Smita menyebutkan terdapat beberapa ciri yang mencerminkan people pleaser. Ciri dalam diri orang dengan people pleaser adalah memprioritaskan kepentingan maupun perasaan orang lain dibandingkan dirinya sendiri. Bahkan, jika hal tersebut merugikan dirinya sendiri tidak menjadi persoalan bagi people pleaser.

Ciri lainnya yakni ingin terlihat sempurna, namun berbeda hal nya dengan sifat orang narsis yang ingin selalu tampil sempurna di khalayak umum. “Terlihat Sempurna” disini maksudnya adalah berusaha tampil menjadi terbaik di mata orang banyak agar diterima oleh lingkungan sekitarnya. Dengan terlihat sempurna diharapkan dapat menyenangkan semua orang.

Sementara ciri diluar diri, people pleaser ini memiliki keinginan kuat semua orang untuk menyukai dirinya. Ada keinginan untuk mendapatkan validasi diri yang baik dari orang lain yang sangat kuat. Reaksi yang dapat terlihat jelas misalnya seseorang ini merasa gelisah dan panik saat seseorang berkomentar tentang penampilannya yang mencolok akan langsung membuatnya insecure, marah, dan mulai menutup diri karena rasa bersalah.

Di samping itu, membiarkan dirinya untuk dimanfaatkan oleh orang lain. Lalu, mudah atau sering meminta maaf karena penuh dengan rasa bersalah maupun takut disalahkan. Biasanya seseorang ini akan cenderung sensitif dan merasa dialah penyebab dan yang harus disalahkan pada masalah yang sebenarnya bukanlah dia yang melakukan.

Kemudian, people pleaser juga takut terhadap konflik. Ada perasaan cemas, tidak nyaman, serta takut apabila tidak disetujui orang lain. Sifat inilah yang paling sering terjadi kepada siapa saja bahkan anak-anak. Sebab menjadi hal yang wajar untuk memiliki keinginan agar disukai oleh orang lain, khususnya bagi usia remaja yang sedang mencari jati diri dan proses menuju kedewasaan.

Apa Saja Faktor Penyebabnya?

Ada banyak penyebab atau faktor pendorong mengapa seseorang menjadi people pleaser. Salah satunya, kepercayaan diri yang rendah. Saat melihat orang lain lebih keren maka orang dengan kepercayaan diri lebih rendah akan menganggap bahwa perasaan dan pendapatnya tidak penting dan tidak mungkin di dengarkan. 

Apalagi di zaman modern saat ini dimana banyak anak muda yang insecure karena fisik maupun materinya. Ditambah lagi banyak muncul tren dan standar kecantikan mengarah kepada pembullyan fisik dan mental.

Faktor lainnya, sikap people pleaser akan menghindari konflik dengan orang lain. Untuk menghindari konflik yang dilihat sebagai perbedaan menjadikan people pleaser berusaha menyamakan pendapatnya dengan orang lain, dengan mengesampingkan pendapatnya sendiri.

Tentu saja akibat yang ditimbulkan berupa stress dan rasa cemas karena ingin bisa beradaptasi disukai orang lain. People Pleaser akan banyak merasakan kecemasan karena takut konflik dan ditolak. Hal ini akan semakin diperparah apabila lingkungan pertemanan yang tidak sehat dan saling menjatuhkan.

Sikap people pleaser ini apabila terus berlangsung bisa mengakibatkan kelelahan fisik dan mental. Tak hanya itu, people pleaser yang berlebihan dapat berakibat sulitnya mengetahui keinginan diri sendiri (lost sense of self) yang ujung-ujungnya tidak percaya diri serta kehilangan jati diri karena segala yang dilakukan dan dipilihnya bukan berdasarkan keinginan dan pilihannya sendiri, tetapi tergantung kepada orang lain. Lalu, bisa menyebabkan perasaan tertekan karena tidak menjadi dirinya sendiri. Penampilan juga terabaikan karena acuh terhadap kepentingan diri sendiri.

Bagaimana Cara Berhenti Menjadi People Pleaser?

Berikut ini ada beberapa tips yang dapat dilakukan bagi teman-teman sekalian!

Menanamkan Pola Pikir (mindset) Untuk Bisa Menjaga Diri Sendiri

Mengutamakan diri sendiri bukan berarti menjadi egois, namun lebih bertanggung jawab terhadap kenyamanan diri sendiri dengan tidak menjadikan pemikiran itu sebuah beban moral.

Memahami Bahwa Kita Tidak Bisa Membuat Semua Orang Senang dan Menyukaimu, Pada faktanya akan selalu ada orang yang tidak menyukai kita dengan banyak alasan yang sepele sekalipun karena itulah lebih baik untuk saling intropeksi diri menjadi lebih baik lagi.

Hal ini penting untuk dipahami agar tidak memaksakan diri secara terus menerus untuk biasa disukai oleh orang lain bahkan dengan berbagai cara yang salah karena akan mengakibatkan kelelahan fisik dan mental. Ada pepatah China yang mengatakan: “Semua hal memiliki keindahannya sendiri, tetapi tidak semua orang bisa melihat keindahannya.” -Confucius.

Ini menunjukkan bahwa meskipun kita berusaha untuk menyenangkan orang lain, tidak semua orang akan menghargai atau menyukai kita. Hal ini sejalan dengan pemahaman bahwa dalam hidup, kita tidak dapat memenuhi ekspektasi semua orang, dan penting untuk tetap menghargai diri sendiri meskipun ada penilaian negatif dari orang lain.

Membuat Batasan Diri Menolong Orang Lain

Kenali kemampuan diri, sejauh mana mampu memberikan bantuan kepada orang lain karena “Siapa yang tahu batas, tahu kebahagiaan sejati.” Itu adalah sebuah pepatah China yang menggambarkan kerakusan adalah sumber ketidakbahagiaan karena sifat manusia tidak pernah puas.

Pepatah ini menekankan bahwa mengetahui Batasan diri dan tidak berlebihan/rakus dalam membantu orang lain dapat membawa kebahagiaan. Selain itu, “Lestarikan sumber daya kamu, dan jangan biarkan orang lain melakukan apa yang mampu kamu lakukan sendiri!” juga mengingatkan untuk tidak mengorbankan diri demi kepentingan orang lain jika itu melampaui kemampuan kita.

Memahami Berkonflik Tidaklah Selalu Menjadi Hal yang Buruk

Mengutarakan pendapat yang berbeda dengan komunikasi yang sehat justru dapat mempererat hubungan.

Mencoba Menahan Diri Untuk Tidak Spontan Menerima Permintaan Orang 

Misalnya ada orang yang minta dibantu pekerjaannya atau meminta tolong, cobalah untuk berpikir sejenak tentang seberapa pentingnya persoalan itu bagi diri kita dan apakah kita mampu membantu.

Perlahan Mencoba Untuk Belajar Berkata Tidak Menolak hal yang tidak sesuai dengan perasaan maupun keinginan diri bukanlah berarti menjadi orang yang buruk ataupun menjatuhkan orang lain. 

Dengan berani menyampaikan pendapat diri sendiri, pasti akan lebih lega karena tidak harus selalu memendam saja. Mari percaya pada diri sendiri, anda mampu melakukannya asal berani mencoba!

Carilah Dukungan Positif

Berhenti menjadi people pleaser memang tidaklah mudah. Kamu mungkin akan merasakan ketidaknyamanan saat memulai untuk menolak orang lain.

Untuk itu, kamu mungkin memerlukan dukungan dari orang-orang di sekitar. Cobalah untuk bicarakan dengan keluarga, teman, atau bahkan psikolog tentang perubahan yang ingin kamu lakukan supaya kamu bisa mendapatkan nasihat dan dukungan yang kamu inginkan.

Solusi Bagi People Pleaser yang Fomo

Fomo sering kalimendorong kita untuk menjadi people pleaser, berusaha memenuhi ekspektasi orang lain demi merasa diterima, meskipun itu mengorbankan diri sendiri. Oleh karena itu, solusi terbaik untuk mengatasi Fomo adalah dengan belajar menghargai diri sendiri, mengenali kebutuhan pribadi, dan membangun keyakinan untuk menjadi diri sendiri yang optimis. 

Berikut adalah beberapa solusi praktis yang dapat dicoba:

Kenali Prioritas dan Batasan

Tentukan apa yang benar-benar penting bagi kamu dan jangan ragu untuk berkata “tidak” jika sesuatu tidak sejalan dengan nilai dan tujuan dirimu.

Latih Self-Compassion

Hargai diri sendiri atas usaha yang telah dilakukan dan terima bahwa kamu tidak harus memenuhi harapan semua orang.

Kurangi Keterganutungan pada Media Sosial

Batasi waktu di media sosial agar tidak terjebak membandingkan diri dengan orang lain. Fokuslah pada pencapaian masing-masing.

Carilah Lingkungan yang Mendukung

Kelilingi diri kamu dengan orang-orang yang menerimamu denga apa adanya dan mendukung agar kamu menjadi dirimu sendiri.

Mari bersama-sama melawan rasa takut ketinggalan (FOMO) dengan memilih menjadi diri sendiri. Hidup adalah perjalanan untuk menemukan jati diri kita sebenarnya dan menikmati hidup kita, bukan untuk memuaskan semua orang.

Ambil langkah kecil setiap hari untuk lebih jujur pada diri sendiri, karena dunia membutuhkan kehadiran kamu yang autentik, bukan versi kamu yang berusaha menjadi sempurna di mata orang lain.

Ingatlah, kebahagiaan sejati dimulai saat kamu berhenti membandingkan dan mulai menerima diri apa adanya. Kamu tidak perlu mengikuti semua tren untuk menjadi sempurna tetapi cukup dengan menjadi diri sendiri. (**)

TerabasNews

Recent Posts

PLN Babel Gelar EV Drive Expedition untuk Dukung Transisi Energi Bersih

TerabasNews, Pangkalpinang, (11/24) — Dalam rangka mendukung transisi energi bersih dan mendorong adopsi kendaraan listrik…

5 hours ago

Berikan Perlindungan Jaminan Sosial Bagi Kelompok Rentan, PT Timah Tbk Terima Penghargaan dari BPJS Ketenagakerjaan

TerabasNews, Pangkalpinang – PT Timah Tbk menerima penghargaan dari BPJS Ketenagakerjaan sebagai Perusahaan dengan Kepedulian…

5 hours ago

PT Timah Tbk Dukung Simulasi Program Makan Bergizi Bagi Pelajar di Bangka Tengah, Ditinjau Langsung Wakil Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal

TerabasNews, Bangka Tengah – Wakil Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Ahmad Riza Patria turut…

5 hours ago

PT Timah Gelar Program Makan Bergizi di Kabupaten Bangka Tengah, Sekolah Hingga Orang Tua Siswa Merasa Senang

TerabasNews, Bangka Tengah -- Program Makan Bergizi bagi para pelajar yang dilaksanakan PT Timah terus…

5 hours ago

Tiba di Babel, Wamendes PDT Lepas Touring Electric Vehicle

TerabasNews, PANGKALPINANG - Tiba di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Kep. Babel) Wakil Menteri Desa, Pembangunan…

8 hours ago

Wamendes Riza Patria: Manfaatkan Program Makan Bergizi Gratis Untuk Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat

TerabasNews, PANGKALAN BARU - Wakil Menteri Desa (Wamendes) dan PDTT Ahmad Riza Patria melakukan kunjungan…

8 hours ago